Manusia hidup di dunia ini dilengkapi oleh karakter yang berbeda-beda. Karakter ini tampak ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Ada orang yang suka mengatur dan tidak mau diatur. Ada yang selalu memakai perasaan saat berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Ada juga orang yang kebanyakan diam atau berpikir daripada bertindak. Kata ahli psikologi, karakter yang akan membentuk seseorang menjadi seorang sanguinis, kholeris, plegmatis, atau melankolis. Nah, kalian termasuk yang mana nih?
Penamaan untuk kepribadian itu tidak selalu tepat. Kadang, secara bersamaan satu orang memiliki ciri dari sanguinis dan plegmatis loh. Semuanya tak salah. Kepribadian yang berdasarkan karakter itu pun tidak selamanya diartikan secara tepat. Itu karena keterbatasan ilmu yang manusia miliki.
Samakah Karakter atau Sifat Itu?
Sifat dan karakter dianggap sama padahal secara definisi saja keduanya sudah berbeda. Apa sih perbedaan antara karakter dan sifat?
Sifat adalah suatu objek yang tampak dan dapat diamati di antara kebiasaan atau tindakan yang selalu berulang. Sedangkan karakter merupakan respons langsung yang dilakukan seseorang terhadap setiap stimulus yang datang dalam keadaan sadar.
Sifat merupakan sesuatu yang dimiliki seseorang sejak lahir. Sementara karakter dimiliki seseorang dengan sebab adanya faktor lingkungan dan pembelajaran dari luar. Dari kedua pengertian itu, ternyata keduanya memang berbeda, bukan?
Sifat sudah menjadi bawaan sejak seorang berada dalam rahim sang ibu. Sifat itu berasal dari gen orang tuanya dan ini akan berimbas pada perilaku yang tampak di kehidupan sehari-harinya. Lalu, bagaimana seseorang itu menghadapi dan mengatasi masalah? Apakah sifat ataukah karakter yang menjadikan menjadi dominan.
Jadi, ketika ada suatu permasalahan, maka yang akan tampil adalah karakternya. Karakter ini dipengaruhi oleh sikap, emosi, kepercayaan, kebiasaan, dan kemauan, serta konsepsi diri. Jadi, jika seseorang selalu mengedepankan emosi dalam mengatasi suatu permasalahan, maka akan terlihat dari keputusan yang diambilnya.
Menjaga dan Membentuk Karakter yang Baik
Beberapa hari yang lalu, dengan sebuah pemikiran saya akhirnya memutuskan suatu perkara yang akhirnya membuat saya berembuk dengan ketiga putra-putri tercinta. Ada beberapa hal yang menyebabkan saya mengambil keputusan seperti itu. Alasan utamanya adalah ingin membentuk anak-anak saya menjadi orang yang berkarakter di kemudian hari.
Galau. Itulah perasaan saya sebagai ibu dan orang tua dari ketiga anak saya. Saya melihat kehidupan ini semakin rusak. Anak-anak makin kurang hormat kepada orang tua. Lihat saja tontonan di TV atau media sosial. Anak berani menyakiti atau melawan orang tuanya.
Siapa sih yang peduli dengan pembentukan karakter ini kalau tidak kedua orang tuanya atau para pendidik. Ah, kenyataannya banyak juga pendidik yang hanya datang mengajar, menyampaikan sedikit pengetahuan, tetapi tidak mengajarkan karakter kepada peserta didik.
Betapa banyak pendidik yang acuh dengan siswa yang membuang sampah sembarang. Akibatnya, sampah bertebaran di mana-mana. Anak-anak tak peduli bila di laci mejanya penuh dengan sampah. Tradisi cium tangan yang membentuk anak-anak untuk berkarakter yang lebih dari dia sendiri.
Pemberian Reward Adalah Keputusan untuk Modifikasi Perilaku
Saya merasakan bahwa keputusan memberikan aturan dan reward adalah keputusan yang tepat. Setelah saya amati, anak-anak bersemangat untuk menaati aturan dan berusaha mendapatkan reward di akhir bulan. Hal itu pun menjadi semangat bagi saya untuk meneruskannya.
Pada pelaksanaan keputusan itu, saya memberikan aturan seperti ini.
1. Melakukan setidaknya 100 kebaikan setiap hari
Setiap hari anak akan mengingat kebaikan apa saja yang mereka lakukan dan menghitung sendiri berapa nilainya. Pada beberapa perilaku, diberlakukan kelipatan sesuai dengan pemberi keputusan.
2. Setiap hari minimal melakukan 10 kesalahan
Kesalahan kecil dianggap 1 kesalahan dan tidak ada kelipatan untuk itu. Jadi, anak-anak tidak terlalu tertekan dengan aturan tersebut.
3. Aturan berlaku sejak bangun pagi sampai tidur
Aturan itu berlaku setiap hari. Anak-anak akan berusaha memulai dengan kebaikan di pagi hari sampai mereka menutup mata. Sebelum tidur, mereka akan merekap apakah berhasil melewati hari itu dengan tidak melebihi 10 kesalahan. Jika berhasil, maka akan diberi centang pada papan nama mereka.
4. Di pagi hari berikutnya, kesalahan dan kebaikan kemarin dianggap tidak ada dan lembaran baru kembali dibuka.
5. Setelah sebulan, mereka yang memiliki centang 30 kali di papannya akan mendapatkan reward yang diinginkan (hadiahnya tergantung kondisi kantong emaknya dong).
Setelah mengevaluasi pada beberapa hari yang berjalan, saya mendapati beberapa karakter ini.
- Mereka mulai mengontrol emosi yang biasanya meluap.
- Mereka tahu kebaikan yang akan dilakukan.
- Mereka tahu bahwa kesalahan akan menyebabkan mereka tidak mendapatkan hadiah atau reward.
Memaksimalkan Usaha, Mengharapkan Berkah
Tak ada yang lain, hanya keberkahan Allah yang saya harapkan dari penerapan modifikasi perilaku ini. Sebagai manusia biasa dan orang tua, saya berharap anak-anak bisa menghadapi kehidupan ini dengan karakter yang baik.
Karakter itu butuh penguatan dan reward diberikan untuk memperkuat karakter agar terus dilakukan dan menjadi kebiasaan. Cobaannya itu ada pada sebulan ini saja untuk membentuk kebiasaan positif. Saya yakin ketika anak-anak menyadari bahwa semua yang dilakukan memiliki dampak positif atau negatif, mereka harus memilih. Sebagai orang tua, kegiatan ini secara tidak langsung memberitahukan kepada mereka bahwa kebaikan itu seperti ini dan kesalahan tuh begini loh.
Referensi:
Info Psikologi. 13 Maret 2023. Perbedaan Sifat dan Karakter beserta Pengertiannya. https://m.kumparan.com/info-psikologi/perbedaan-sifat-dan-karakter-beserta-pengertiannya-200QyGQPMN4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Silakan berikan pendapatmu disini ya ^^